­

Benarkah Selama Ini Manusia Mengonsumsi Racun dari Sayuran?

July 16, 2020


Konsumsi sayur maupun buah-buahan sepertinya lebih ditujukan agar kebutuhan tubuh akan mineral maupun serat terpenuhi dengan baik. Kemudian manusia mulai menyadari bahwa dari sekian banyak daun maupun bahan makanan lain di alam yang terasa pahit seringkali memiliki racun mematikan. Pahit akhirnya menjadi rasa yang dihafal oleh otak manusia dan diartikan dengan hal yang berbahaya bagi tubuh saat dikonsumsi, dan secara alami menjadi insting bagi setiap manusia.

Orang dewasa memiliki waktu yang lebih lama dalam memahami bahwa sebagian dedaunan memiliki rasa pahit, namun tidak berbahaya bagi tubuh. Terlebih karena sudah tahu manfaatnya yang besar bagi tubuh, lidah pun lama-kelamaan mulai beradaptasi serta mentolerir rasa pahit yang muncul. Sedangkan anak-anak masih dianggap sebagai generasi trial dan error. Mereka lebih jujur dalam memberikan reaksi kalau sayuran harus dihindari. Tubuh anak-anak juga belum memiliki kapasitas detoksifikasi yang mencukupi, sehingga lebih rentan terhadap berbagai potensi yang kemungkinan dianggap racun.

Sayur-sayuran seperti yang sudah beberapa orang ketahui memang memproduksi racun. Beberapa di antaranya:

  1. Geranialdehida yang diproduksi sebagai antimikroba dan memiliki aroma untuk mengusir serangga. 
  2. Diferuoylmetana yang dapat menyebabkan rasa mual dan sakit perut.
  3. 3-(2-Propenilsulfinil) alanin yang menghasilkan aroma untuk mengusir serangga, dan apabila dikonsumsi akan mempengaruhi peredaran darah.  
  4. 2-Isopropil-5-methilsikloheksanol, yang berfungsi sebagai antimikroba dan apabila dikonsumsi dapat menipu cara kerja saraf.
  5. 8-Metil-N-vanillil-trans-6-nonenamida dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan sakit perut.

Namun dibalik kesan merugikan yang ditimbulkan oleh racun, racun inilah yang menyebabkan sayuran enak dimakan. Mari kita kulik kelima racun yang sudah disebutkan diatas:

  1. Nama lain dari geranialdehida adalah sitrall, yang banyak ditemukan di daun sereh. Mantap ya, kita bisa mendapatkan aroma sedapnya dari sebuah senyawa racun.
  2. Nama lain dari diferuoylmetana adalah kurkumin, yang merupakan daya tarik dari kunyit.
  3. Nama lain dari 3-(2-Propenilsulfinil) alanin adalah alliin, senyawa yang menjadi sumber rasa dan aroma pada bawang putih.
  4. Nama lain dari 2-Isopropil-5-methilsikloheksanol, adalah mentol, alias rasa mint yang biasa dijadikan bahan perasa untuk pembuatan makanan.
  5. Nama lain dari 8-Metil-N-vanillil-trans-6-nonenamida adalah kapsaisin, yang menghasilkan rasa pedas pada cabai.

Sebenarnya sadar atau tidak, zat penyedap pada berbagai sayuran yang menjadi daya tarik mereka itu terletak pada senyawa racunnya. Setiap kali kita menikmati sambal, kita sedang menikmati iritasi di dalam mulut. Setiap kali kita menyeruput teh mint, kita sedang menipu saraf anda untuk rileks, padahal masalah hidup kita masih banyak, sangat banyak. Menumpuk-numpuk dan berusaha untuk segera menyelesaikannya hahaha

 

Tapi, tapi.. Bilamana sayuran memang memproduksi racun, mengapa kita tidak keracunan dan malah dapat terobati olehnya?


Wadaw, mari kita kulik rahasia tambahannya:

 Obat adalah racun dengan dosis yang pas.

Lebih tepatnya, semua zat adalah senyawa racun. Yang membuat sebuah zat menjadi racun atau bukan itu terletak pada dosisnya. Obat-obatan yang kita konsumsi saat sakit? Racun juga itu, namun sudah ditakar, disesuaikan dosisnya agar supaya cukup kuat untuk membunuh patogen namun tidak cukup kuat untuk membunuh kita, manusia.

Jangankan senyawa-senyawa yang diproduksi sayuran, air saja jika terlalu banyak diminum akan menyebabkan keracunan dan kematian. Bukan karena kembung, namun terlalu banyak air akan merusak sistem saraf di dalam tubuh kita.

Semua bahan makanan yang biasa kita konsumsi dasarnya memiliki racun dengan dosis yang sangat tepat bagi kita untuk kita nikmati. Kalau kita menemukan bahan yang mengandung racun yang cukup kuat untuk membahayakan kita, pasti juga bahan tersebut tidak akan kita jebagai sebagai bahan makanan. Another way-nya mungkin dilakukan pengolahan yang tepat untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan racunnya.





Tulisan ini awalnya merupakan pendapat dari salah seorang quorawan yang kemudian dirangkai ulang yang kemudian menghasilkan sebuah insight yang lebih segar. Yuk mampir kesini, untuk sekadar baca informasi lain seputar ilmu pangan yang tidak pernah kita pertanyakan sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari.

You Might Also Like

0 komentar